Pamitan Fattah, 31 Agustus 2014

Assalamualaikum, Eyang-eyang Pakde Bude, Oom Tante. Lewat tulisan in Fattah mau nyuwun pamit. Hari ini insyaAllah Fattahterbang ke Stockholm, Swedia. Fattah ke Swedia untuk nemani Bapak dan Mamma belajar. InsyaAllah Bapak belajar di Karolinska Institutet, sekolah khusus kedokteran dan kesehatan di Swedia. Sementara Mamma akan magang di organisasi bernama Global Action Plan. Di Swedia Fattah akan tinggal di Solna, kota satelit di ‘provinsi’ Stockholm. Kata Bapak, Fattah akan senang sekali tinggal di Solna karena banyak taman bermain dan hutan-hutan Fattah bisa puas main-main. Solna juga baru saja terpilih sebagai kota terbaik nomor dua untuk keluarga muda.

Kalau segala proses lancar Fattah akan belajar di salah satu childcare antara Solna dan Stockholm. Di Swedia, anak kecil seumuran Fattah(>1,5) wajib dititipkan ke childcare agar kedua orangtuanya bisa beraktivitas, baik belajar, maupun berkontribusi untuk pemasukan dan kesejahteraan negara (lewat pajak). Kalau tidak, orangtuanya akan dihukum. Di childcare Fattah akan main-main dengan anak-anak kecil lain dari Swedia dan banyak negara karena warga Solna didominasi oleh pelajar, peneliti dan orang-orang yang bekerja di lingkungan kedokteran dan kesehatan yang datang daru berbagai negara.

Sementara Bapak di campus KI akan belajar Global Health. Isinya mempelajari berbagai permasalahan dan solusi terkait sistem dan pelayanan kesehatan dari seluruh dunia meliputi aspek ekonomi, sosial dan politiknya. Misal dari Indonesia Bapak bisa bercerita ketika Indonesia menolak salah satu poin kebijakan pengelolaan vaksin oleh Global Vaccine Surveilance Network pada pandelmi Avian Influenza yang lalu yang dianggap merugikan negara-negara berkembang. Atau belajar dari Uganda yang sukses mendistribusikan obat anti-retroviral untuk HIV ke seluruh pelosoknya meskipun sangat miskin, tersebar dan tertinggal. Bapak bilang kalau Bapak ingin bisa memahami situasi dan mengembangkan strategi global untuk bisa meningkatkan kesehatan lokal

Kalau Mamma akan belajar tentang sustainable living terutama di institusi pendidikan dan lingkungan kerja. Salah satu kemungkinannya, Mamma bisa belajar tentang pendidikan anak. Sejak remaja Mamma tertarik dengan pendidikan dan kehidupan anak-anak yang sekaligus akan bermanfaat untuk Fattah. Mamma prihatin, selama ini sering melihat anak-anak Indonesia tidak mendapat perlakuan yang semestinya.

Mamma sering memperhatikan Fattah yang tiba-tiba ikut nangis kalau sedang main di ruang tunggu RS karena ada anak kecil yang lagi main sama Fattah dibentak ayahnya. Di toko Fattah juga suka bingung kalau ada anak-anak diseret-seret orangtuanya sampai njerit-njerit. Karena masa depan Indonesia adalah, anak-anak kecil temen-temennya Fattah, Mamma ingin bisa memahami dan menyebarkan strategi terbaik dalam menyediakan pendidikan dan kehidupan anak-anak Indonesia yang lebih baik.

Pergi belajar ke Swedia ini bisa dibilang kejutan untuk kami bertiga. meski prosesnya seleksi universitas dan beasiswa dari ‘DIKTI’nya Swedia hanya dengan meng-upload berkas ijazah, CV, surat motivasi dan TOEFL tetapi berkas lamaran Bapak harus berkompetisi dengan 10,500 an lamaran dari sekitar 156 negara. Ketatnya jumlah pelamar, Bapak juga melamar sekolah di Belanda, Jerman, Singapura dan Amerika untuk jaga-jaga. Bapak sebetulnya sudah mendapat jawaban positif di lamaran-lamaran yang lain termasuk beasiswa di SIngapura, kecuali Amerika, karena saat akan mengirim berkas pengumuman beasiswa Swedia dan Singapura sudah diterima.

Hingga akhirnya memutuskan Swedia, ada cerita menarik di baliknya. Pertama. sejak era 90-an, Yang Kung Sophie, Bapaknya Bapak, punya hobi mengoleksi bendera negara-negara dari seluruh dunia. Ada ratusan bendera yang dikoleksinya walau hanya beberapa negara saja yang pernah dikunjunginya. Entah karena sangat berkesan atau sebab lain, Yang Kung Sophie memajang tiga bendera ini di lemari ruang keluarga. Setiap pulang sekolah tiga bendera ini selalu menyambut Bapak dan Pakde di rumah. Meski sempat penasaran, Bapak tidak begitu mempermasalahkan. Bapak kira, bendera negara Skandinavia itu ada di sana sebagai kenang-kenangan Yang Kung pernah belajar penyemaian benih tanaman di Finlandia, itu saja. Apalagi ketika masa Pakde dan Bapak mendapat kesempatan pertukaran pelajar AFS, Pakde ke Jerman (2002), Bapak ke Belanda (2005).

Hingga Pakde menyelesaikan studi Master di Jerman dan Bapak mengambil kursus kesehatan masyarakat di Belgia, tidak sekalipun Pakde, Bapak dan Mamma sempat menginjakkan kaki di Skandinavia. Yang awalnya tidak istimewa, lama-lama bendera ini makin membuat penasaran juga. Dari sekian banyak kesempatan belajar di Eropa, mengapa tidak sekalipun kami ke Skandinavia. Sehingga ketika akhirnya Bapak dapat sekolah di Skandinavia dan Fattah bisa ikut serta, Bapak tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan iniuntuk berpetualang dan belajar bersama Fattah dan Mamma di negeri Skandinavia yang benderanya sudah Bapak tatap setiap hari sejak tahun 92.

Kedua, pertanda menarik lainnya, pada 27 Maret 2012 lalu sebetulnya Mamma juga diterima pada program Global Health Master di Karolinska. Program yang sama dengan yang Bapak akan jalani sekarang. Dulu Bapak dan Mamma berharap bisa dapat beasiswa. Karena tahun 2012 Bapak harus kembali ke Jogja untuk memulai ko-ass, Mamma sempat bebrisik pada Bapak hanya mau kuliah di Swedia dan melepas Bapak ko-ass kalau ada temennya. Alias merencanakan perakitan Fattah. Maka kalau Fattah hitung sekarang antara tanggal Mamma diterima di Karolinska dan HPL (hari perkiraan lahir) Fattah itu sesuai dengan usia Fattah di kandungan. Ketika Bapak dapat pengumuman beasiswa Swedia dan usia Fattah memungkinkan untuk juga ‘sekolah’ di Swedia, Bapak tidak ragu meyakinkan Mamma kami berangkat bertiga.

Kata Bapak, perjalanan kami bertiga ini hanya menjalani apa yang sudah tertulis untuk kami. Dengan petunjuk-Nya yang tersampaikan dengan mediasi kelahiran dan perkembangan Fattah. Sekolah termasuk beasiswa Bapak hanya perantara saja. Mamma dan Bapak sepakat Fattah akan menjadi actor utama kehidupan kami di Swedia. Yang penting Fattah bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat dan ceria. Karena kata Bapak, apa yang akan Fattah dapat di Swedia, sebetulnya juga berhak Fattah dapatkan di Indonesia, tapi karena kondisi saja, hal ini belum bisa terbeli jika kami tetap di Indonesia.

Pakde, Bude, Omm, Tante, Eyang.. Mohon doa supaya yang Fattah, Mamma dan Bapak pelajari di Swedia kelak bisa bermanfaat di kelak di Indonesia ya.

Rejodani, 31 Agustus 2014

2 thoughts on “Pamitan Fattah, 31 Agustus 2014

Leave a comment